Thursday, September 13, 2007

Tuhan adalah Gembalaku

“Tuhan adalah Gembalaku, tak kan kekurangan aku…”

Mata ku yang merem – melek “menikmati” geronjalan metro mini 69 jurusan Blok M – Ciledug langsung terbuka. Siapakah kiranya sang pelantun ajimat jiwa?

Seorang pemuda mengenakan jeans belel dan kaos oblong dimasukkan ke dalam jeans, sedang berpuisi ria. Matanya menatap para penumpang, satu – persatu, bagaikan seorang penyair pro yang sedang manggung.

“Nyleessss……” hatiku bagai disiram air es segayung mendengar lantunan kata ini. God, aku sangat amat merindukanMU, hatiku “sakit” padaMU, I am keen to meet YOU face to face.

“Ia menuntunku kejalan yang benar, Ia menyegarkan jiwaku”

Lho, kok di korupsi? Mestinya dia menyebut “Ia membaringkan aku dipadang yang berumput hijau”….kalau memang dia mau berpuisi dari Mazmur 23.
Sesekali tangannya menunjuk ke suatu arah, dan mata tetap “menantang” penumpang. Suaranya keras terdengar, “pronounciation” nya jelas, dan selalu ber-jeda.

Duh Gusti, kawula nyuwun duka dene kawulo sampun medamel lingsemipun Paduka, awit dene kawula sampun lebur ing duraka. Menggah kersaa Paduka anganthi tangan mami, gung berkah saha sih rahmat Paduka tansah kawula tampi.
-Ya Tuhan, ampunilah saya karena saya telah mempermalukan Engkau, karena saya telah melebur dalam kejahatan. Mohon kiranya Engkau berkenan menggandeng tangan saya, sehingga berkat dan rahmaMU boleh selalu kami terima-

Selanjutnya adalah rangkaian kalimat yang mungkin buah pikiran pemuda tersebut.
Dan aku kembali tenggelam dalam angan, bayangan yang berkelebatan melahirkan benci dendam kasihan kecewa tulus damai dan mengasihi.

Adalah berkat tersendiri ketika aku boleh mengalami a dire experience –pengalaman yang dahsyat- yang membuatku strongly changed to be a better child.
Cambuk dipunggung pelahan akan tak terasa, cambuk dijiwa tak kenal mati rasa.
Namun cambukMu terasa bagai lecutan sutera, karena berbuah mutiara.
Cambuklah aku, o Paduka Tuhan… agar langkahku gak nyasar lagi.
Cucuklah hidungku karena aku adalah kerbauMU yang KAU pakai membajak sawahMU
Ikatlah aku dengan jalinan tambang kasih sayang dan cinta yang melimpah ruah, hingga bagiku tak ada alasan untuk bergabung dalam kelompok setan.


“ya, demikianlah para penumpang…inilah sajak yang merupakan karya saya. Semoga membuat perjalanan Anda nyaman. Adapun pemberian Anda akan saya pergunakan untuk berbuka puasa sore nanti”.