“Tuhan adalah Gembalaku, tak
“Nyleessss……” hatiku bagai disiram air es segayung mendengar lantunan kata ini. God, aku sangat amat merindukanMU, hatiku “sakit” padaMU, I am keen to meet YOU face to face.
Sesekali tangannya menunjuk ke suatu arah, dan mata tetap “menantang” penumpang. Suaranya keras terdengar, “pronounciation” nya jelas, dan selalu ber-jeda.
-Ya Tuhan, ampunilah saya karena saya telah mempermalukan Engkau, karena saya telah melebur dalam kejahatan. Mohon kiranya Engkau berkenan menggandeng tangan saya, sehingga berkat dan rahmaMU boleh selalu kami terima-
Dan aku kembali tenggelam dalam angan, bayangan yang berkelebatan melahirkan benci dendam kasihan kecewa tulus damai dan mengasihi.
Cambuk dipunggung pelahan akan tak terasa, cambuk dijiwa tak kenal mati rasa.
Namun cambukMu terasa bagai lecutan sutera, karena berbuah mutiara.
Cambuklah aku, o Paduka Tuhan… agar langkahku gak nyasar lagi.
Cucuklah hidungku karena aku adalah kerbauMU yang KAU pakai membajak sawahMU
Ikatlah aku dengan jalinan tambang kasih sayang dan cinta yang melimpah ruah, hingga bagiku tak ada alasan untuk bergabung dalam kelompok setan.
“ya, demikianlah para penumpang…inilah sajak yang merupakan karya saya. Semoga membuat perjalanan Anda nyaman. Adapun pemberian Anda akan saya pergunakan untuk berbuka puasa sore nanti”.