Saturday, September 29, 2012

keluh siang bolong

Pernah merasakan dihimpit perasaan kangen yang super duper gak? sampe rasanya nyakitin, nyesekin, ngeselin, nyedihin, dan ujungnya berasa plain setelah melalui berbagai perasaan tadi.

Itu yang saya rasakan saat ini....
Lha kok bisa tawar? Kok ujungnya berasa plain sih? Bukannya nangis bombay yaa?

Bisa banget kalo saya...setelah melalui pengembaraan pada tiap emosi itu, tentunya disertai dengan penalaran  dan peresapan atas emosi - emosi tersebut, yang akhirnya justru menimbulkan rasa plain atau biasa. Kenapa plain? Karena buat saya, cinta itu membebaskan. Kasih itu memberi tanpa mengharapkan timbal balik. Kasih itu tanpa pamrih.

Bagaimana saya bisa mengatakan saya mencintai seseorang dan mengasihinya, kalau faktanya jika dia bersama saya dia yang sakit, dia yang gak bahagia? Jatuh - jatuhnya saya yang egois kan? Selfish gitu....Trus, gimana bisa plain? Yaps, karena kesadaran bahwa kebahagiaan orang yang saya sayangi itu high priority, top priority malah, which is gak bisa saya tawar - tawar, setiap tingkat kesadaran pada tiap emosi itu membuat emosi saya makin plain. Pengertian dan pemahaman saya akan kebahagiaan pasangan saya menumbhkan rasa ikhlas dan rela, yang membantu perasaan plain itu menguat.

Betapa urusan hati selalu gak bisa cepat beresnya. Buat saya, meresapi setiap kesakitan, kepedihan, dan kepahitan yang saya rasakan justru membantu sekali untuk segera move on. Ketika sakitnya merobek - robek emosi saya, pedih dan pahitnya mengaduk - aduk waktu demi waktu yang saya jalani, saya tidak mau mengingkarinya, saya menghadapinya dan merasakannya dengan penuh "penghayatan". Setelahnya, pelan - pelan emosi - emosi negatif itu memudar, makin memudar dan menjadi plain.

Ups and down? sudah pasti!!
Saya bukan orang yang instantly melupakan segala kekecewaan dan kepahitan yang saya terima. Tetapi saya juga adalah orang yang bisa melupakan dan melewati setiap pedih perih pahit sakit yang saya rasakan dengan tuntas. Yang penting, dalam proses healing itu saya tidak melupakan The Healer, karena tanpa Dia saya gak mampu menuntaskan semua emosi negatif tersebut.

Terima kasih untuk setiap pribadi yang telah terlibat dalam proses pendewasaan saya. Kalian bukan musuh, dan tak pernah menjadi musuh. Kalian adalah berkat, orang - orang yang mendapatkan ijinNya untuk membantu saya menapaki tiap tangga menuju tingkat pendewasaan yang lebih tinggi. Terima kasih telah pernah menyirami saya dengan kasih sayang, cinta, dan harapan - harapan. Jika dalam prosesnya kita tidak sempat memanen hasilnya, setidaknya kita pernah merasakan kebersamaan dan perpaduan rasa yang nyata. 

Tentu saya juga memiliki banyak kesalahan, dan terlibat dalam kegagalan memanen kasih sayang tersebut. Kenyataan bahwa saya adalah si selfish, narrow minded, demanding, dan atribut - atribut "sampah" yang menempel saat itu, adalah hal - hal yang harus bisa saya terima dengan jiwa yang besar.

So, terima kasih untuk kebersamaan yang pernah hadir, ada, dan penyatuan yang indah.
Selalu, selamanya saling mendoakan dan mendukung.

--musmiE--

No comments: